Coitus interruptus atau senggama terputus merupakan cara yang sering dilakukan orang untuk menghindari terjadinya pembuahan saat bercinta. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengeluarkan sperma di luar vagina. Cara ejakulasi ini dipercaya sebagian orang dapat menghindari kehamilan. Namun apakah cara ini efektif? Apakah kehamilan dapat terjadi jika Sperma dikeluarkan di luar? Yuk simak informasi Momong berikut ini Moms dan Ayah.
Apakah coitus interruptus efektif mencegah kehamilan?
Coitus interruptus merupakan cara menarik penis dari vagina sebelum mencapai orgasme dan ejakulasi. Pada realitanya ternyata coitus interruptus alias ejakulasi eksternal tetap memiliki risiko terjadinya kehamilan. Metode ini hanya ini memiliki efektivitas sekitar 80% untuk mencegah kehamilan.
Dengan kata lain, 1 dari 5 wanita yang menggunakan cara ini mengalami kehamilan. Banyak yang memilih metode senggama terputus ini karena beberapa keuntungan, seperti:
- Tidak mengeluarkan banyak biaya,
- Bebas hormon, dan
- Bisa dilakukan di mana saja atau kapan saja.
Saat berhubungan intim, pria akan menarik penisnya dari dalam vagina ketika ia merasa akan ejakulasi atau sebelum mencapainya. Ejakulasi akan dilakukan di luar menjauhi vagina dengan berhati-hati agar tidak menetes atau tumpah ke vulva wanita.
Namun jika Ayah ingin melakukan metode ini sebagai kontrasepsi, Ayah harus memahami benar seputar respons seksual tubuh seperti kapan akan orgasme, klimaks, dan berejakulasi sehingga Ayah tahu kapan waktu yang tepat untuk menarik penis.
Risiko metode coitus interruptus
Moms dan AYah juga perlu mengerti bahwa metode ini memiliki beberapa risiko jika dilakukan. Beberapa diantaranya yaitu:
1. Risiko sperma tertinggal dalam air mani pra-ejakulasi
Menggunakan metode coitus interruptus membutuhkan kemahiran pengendalian diri. Saat bergairah, penis akan mengeluarkan sedikit air mani pra-ejakulasi. Air mani pra-ejakulasi mungkin mengandung sperma meski tidak banyak sehingga tetap dapat membuahi sel telur.
2. Coitus interruptus tidak efektif
Peluang kegagalan metode ini adalah sebesar 20%. Hal ini disebabkan karena banyak pria tidak bisa memprediksi secara akurat kapan waktu yang tepat untuk melakukan senggama putus secepat yang mereka inginkan. Tidak sedikit juga pria yang mengalami ejakulasi dini atau prematur, sehingga sperma pun akhirnya berhasil masuk.
3. Ejakulasi di luar tidak melindungi dari IMS
Metode senggama terputus tidak mencegah penyebaran penyakit menular seksual.
Pasalnya, penyakit kelamin bisa ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui hubungan intim.
Air mani pria pengidap positif HIV mengandung sel HIV aktif dan media utama penularan virus melalui hubungan intim. Menggunakan metode senggama terputus tidak mengurangi risiko terkena penyakit ini karena air mani pada pra-ejakulasi masih mungkin mengandung sel aktif HIV.
Selain itu luka borok pada alat kelamin bisa menular melalui kontak kulit. Satu-satunya yang efektif untuk melindungi adalah kondom atau tidak melakukan hubungan intim.
Jika Moms dan Ayah tetap ingin menggunakan cara ini untuk mencegah kehamilan sebaiknya padukan juga dengan alat kontrasepsi seperti kondom, obat maupun IUD untuk mencegah kehamilan.