Moms mungkin pernah mendengar bahwa hamil saat menyusui merupakan hal yang mustahil. Hal ini disebabkan karena banyak informasi menerangkan bahwa masa menyusui merupakan saat di mana Moms menjalani KB alami sehingga muncul anggapan bahwa Moms dan Ayah bebas berhubungan seksual tanpa pengaman, ketika masih menyusui.
Jika dijalankan dengan benar, menyusui memang dapat menjadi salah satu cara efektif sebagai kontrasepsi hormon atau pengendali kehamilan hormon. Tanpa perlu mengetahui alat kontrasepsi lain, seperti kondom atau IUD.
“Hal ini karena hormon yang mempromosikan produksi air susu ibu (ASI), terutama prolaktin, dapat menekan ovulasi. Jika Moms tidak berovulasi, makan tidak dapat hamil,” ungkap Amanda Kallen, MD, Asisten Profesor Kebidanan, Ginekologi, dan Ilmu Reproduksi di Yale School of Medicine, New Haven, seperti dikutip dari health.com.
Namun, apakah pembuahan bisa terjadi saat masa menyusui? Yuk simak informasi yang Momong akan sampaikan berikut ini, Moms.
Apakah pembuahan bisa terjadi saat masa menyusui?
Ternyata pada kenyataannya, menyusui bukanlah cara mencegah kehamilan efektif khususnya ketika Moms tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif. Risiko kehamilan juga meningkat untuk wanita yang memompa ASI. Mencegah kehamilan dengan menyusui hanya efektif dilakukan ketika bayi menyusu langsung di puting Ibu tidak dengan memompa ASI, sebab dengan mengisap langsung ASI dari payudara yang membantu menekan ovulasi.
Apa penyebab ibu menyusui dapat hamil?
Ada beberapa penyebab terjadinya pembuahan yang berujung kehamilan pada ibu menyusui, beberapa diantaranya yaitu:
1. Salah Hitung Ovulasi
Kehamilan terjadi karena adanya pembuahan dalam masa subur. Kapan masa subur atau ovulasi terjadi usai melahirkan? Rata-rata antara 45 hingga 95 hari pertama setelah melahirkan. Namun, kesuburan berlaku individual.Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ada Moms yang bisa mengalami ovulasi 25-30 hari setelah melahirkan.
2. Gagal kontrasepsi
Hal ini bisa terjadi karena saat kontrasepsi digunakan, sebetulnya Moms sudah memasuki masa subur dan dibuahi. Atau, penggunaan kontrasepsi tidak sesuai aturan. Misalnya, penggunaan pil KB, yang sebenarnya cukup efektif. Namun kegagalan bisa terjadi karena Anda tak memenuhi jadwal minum sesuai aturan. Padahal, lewat 2 hari saja, kadar hormon yang mempersiapkan pematangan sel telur akan meningkat, dan bisa terjadi pembuahan.
3. ASI non eksklusif
Jika Moms menyusui eksklusif, maka secara langsung terjadi kontrasepsi alami atau disebut amenorea laktasi. Teorinya semakin sering Moms menyusui, kadar hormon prolaktin meningkat dan otak melepaskan hormon penghambat (inhibitor) yang akan mengurangi kadar estrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi. Tapi, Moms harus benar-benar menerapkan 3 syarat amenorea laktasi dengan ASI eksklusif agar tidak hamil. Sepeti belum mentruasi, bayi berusia 0-6 bulan dan menyusui secara eksklusif. Jika salah satu dari tiga syarat tidak terpenuhi, maka ovulasi bisa terjadi.
4. Salah persepsi antara masa subur dan haid
Usai melahirkan, terjadi perdarahan berkepanjangan dengan darah berwarna merah terang atau disebut juga masa nifas. Setelah sekitar 4 mingguan, darah nifas akan berkurang, yang menandakan rahim mulai pulih. Ini yang dijadikan patokan bahwa ovulasi baru dapat terjadi di atas 6 minggu. Sebenarnya, yang terjadi, sebelum haid pertama setelah nifas pun, ovulasi sudah dapat berlangsung.