Saat Moms baru memiliki satu anak, tentu banyak informasi kesehatan yang Moms cari dan ketahui baik dari literatur, internet maupun informasi sekitar. Mulai dari perkembangan berat badan, nutrisi, kebiasaan, jadwal mengASIhi dan masih banyak lagi info lainnya yang Moms cari tahu. Salah satu cara mengetahui kesehatan Si Kecil yang perlu Moms ketahui yaitu frekuensi dan bentuk buang air besar. Pasti banyak Moms yang memiliki pertanyaan, berapa kali normalnya anak buang air besar dalam sehari ya? Nah dalam artikel Momong kali ini, Momong akan kupas tuntas mengenai hal tersebut. Benarkah frekuensi BAB pada anak bisa menjadi indikator kesehatan tubuh anak? Bagaimana frekuensi BAB yang normal pada anak? Yuk simak informasinya berikut ini, Moms! Salah satu yang menentukan frekuensi buang air besar pada Si Kecil yaitu usia. Pada bayi yang baru lahir, ia akan memiliki frekuensi BAB kurang lebih 10 kali dalam satu hari yang disebabkan oleh refleks gastrokolika dalam tubuh bayi masih sangat kuat. Masuk usia dua bulan, Si Kecil akan mengalami penurunan frekuensi buang air besar menjadi 3-5 hari sekali.Hal ini normal karena fungsi saluran cerna bayi mulai berkembang namun koordinasi otot sekitar anus belum optimal. Pada usia balita, frekuensi buang air besar masih berbeda-beda setiap anak. Namun idealnya, balita memiliki frekuensi BAB sebanyak 1‒3 kali dalam satu hari. Namun jika Si Kecil buang air besar 3 hari sekali juga masih termasuk normal. Tekstur feses yang baik saat dikeluarkanMoms juga perlu mengetahui beberapa bentuk feses normal yang sebaiknya dikeluarkan Si Kecil sesuai usianya. Berikut ini tekstur buang air besar yang dapat Moms amati: Pada bayi baru lahir, feses pertama dapat berwarna hitam kemerahan. Lalu setelah menyusui, feses akan berubah menjadi berbusa, cair, dan berbau asam. Patut diingat bahwa frekuensi buang air besar bisa dikatakan normal ketika Si Kecil tetap mengalami peningkatan berat badan yang sesuai usianya.Ketika memasuki usia dua bulan, frekuensi BAB akan berkurang. Moms bisa memperhatikan tekstur feses anak lembek seperti pasta atau lembek. Ini hal yang tergolong normal pada anak.Pada balita, saat tekstur feses masih lembek dan anak tidak terlihat kesulitan saat BAB kondisi ini masih tergolong normal. Moms juga perlu waspada saat Si Kecil diare. Tekstur feses Si Kecil akan berubah menjadi berair dan memiliki banyak lendir serta mengalami frekuensi BAB lebih sering dibandingkan biasanya. Ada berbagai faktor pemicu diare pada anak, seperti paparan virus, alergi susu, hingga gangguan pencernaan. Berikan anak lebih banyak cairan jika mengalami diare agar terhindar dari dehidrasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua terkait frekuensi BAB dan tekstur feses pada anak, seperti: Warna feses putih menandakan adanya gangguan kesehatan pada bagian empedu, warna feses hitam (selain pada bayi yang baru lahir) menandakan adanya perdarahan pada bagian usus kecil atau perut anak, sedangkan warna feses merah menandakan adanya perdarahan pada bagian usus besar atau rektum.Banyaknya lendir pada feses bayi menandakan adanya alergi atau infeksi dalam tubuh.Perubahan warna dan tekstur feses setelah anak mengonsumsi jenis makanan tertentu menjadi tanda alergi jenis makanan. Sebaiknya hentikan sementara makanan yang dikonsumsi anak.Diare yang dialami oleh bayi dibawah usia 1 tahun sebaiknya mendapatkan penanganan dari dokter.Frekuensi buang air besar normal pada anakPada umumnya, frekuensi buang air besar pada anak berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena banyak hal seperti usia, makanan yang dikonsumsi Moms selama menyusui, makanan yang masuk dalam tubuh Si Kecil, lingkungan dan cuaca sekitar, dan beberapa hal lain.
Kapan Perlu Bawa Anak ke Rumah Sakit?Ada beberapa kasus yang perlu Moms waspadai mengenai buang air besar Si Kecil. Yang pertama adalah sembelit yaitu kesulitan buang air besar yang bisa membuat Si kecil rewel dalam jangka waktu lama dan berbahaya jika tidak segera ditangani karena feses dapat mengeras dan lebih sulit dikeluarkan. Untuk mengatasinya, sebaiknya Moms makan makanan berserat tinggi saat sedang menyusui atau berikan MPASI dengan cukup serat pada Si Kecil, memenuhi kebutuhan cairan, mengajaknya melakukan aktivitas fisik, hingga mengingatkan anak untuk tidak menahan keinginan buang air besar.
Jangan ragu untuk menghubungi dan berkonsultasi pada dokter jika Si Kecil mengalami gangguan pencernaan dan tidak buang air besar secara normal agar dapat segera ditangani dokter, Moms.