Cairan ketuban merupakan cairan yang mengelilingi Si Kecil dalam kandungan dan membuatnya dapat lebih mudah bergerak serta membantunya berkembang dengan baik. Ketuban juga dapat menjaga tali pusar tetap mengambang dan tidak terjepit sehingga nutrisi yang dikonsumsi Moms dapat tersalurkan dengan baik ke janin dalam kandungan.
Ketika volume air ketuban berkurang dan cenderung sedikit dalam jangka waktu lama maka Moms dapat berisiko memiliki kehamilan yang tidak sehat dan Si Kecil tidak dapat berkembang secara maksimal.Jika masalah kekurangan cairan ketuban alias amniotic fluids itu terjadi di trimester kedua, dikhawatirkan perkembangan bayi akan terganggu dan bisa berakibat fatal.
Karena pentingnya peran air ketuban tersebut, Moms bisa mencoba beberapa tips Momong berikut untuk memperbanyak air ketuban dan menjaga Si Kecil tetap dapat berkembang maksimal selama kehamilan hingga persalinan kelak. Yuk simak caranya Moms.
- Minum air putih dengan lebih banyak
Saat hamil Moms akan disarankan oleh dokter untuk mengonsumsi cairan lebih banyak. Sebaiknya Moms meminum air putih atau air mineral dan menghindari air dengan gula berlebih untuk menjaga air ketuban dan kesehatan Moms lebih maksimal ketika melewati masa kehamilan.
Moms disarankan minum minimal 2 liter perhari untuk memenuhi kebutuhan cairan selama kehamilan. Moms bisa coba untuk membagi waktu minum yaitu saat bangun tidur, setelah makan, saat beraktivitas siang hari dan sore hari serta sebelum tidur untuk memenuhi kebutuhan cairan tersebut.
- Menggunakan amnioninfusion
Amnioninfusion adalah penyemprotan cairan saline melalui serviks sehingga masuk dalam ketuban. Hal ini bisa meningkatkan kadar cairan ketuban khususnya saat USG maupun ketika akan melalui persalinan dengan indikasi detak jantung bayi yang tidak normal. Langkah ini akan dilakukan dokter ketika Moms terdiagnosis mengalami kekurangan ketuban saat pemeriksaan.
- Amniosentesis
Yaitu memasukkan jarum tipis ke dalam kantung ketuban melalui perut. Hal ini untuk membantu pergerakan dan menjaga detak jantung bayi tetap normal selama proses persalinan sehingga dapat mengurangi risiko kelahiran caesar.
- Mencari tahu pemicunya
Pemeriksaan kehamilan sangatlah penting dan sebaiknya dilakukan secara berkala setiap bulan maupun 3 bulan sekali. Hal ini untuk menghindari terjadinya komplikasi dan mendeteksi apakah kondisi ketuban dan volumenya dalam keadaan baik sehingga dapat diberikan solusi terbaik untuk memperbaikinya.
Ketika Moms mengidap diabetes maupun tekanan darah tinggi, risiko cairan ketuban berkurang dapat cukup tinggi. Moms dapat segera mendapatkan penanganan menggunakan obat serta pemeriksaan tambahan untuk membantu kualitas ketuban selama kehamilan tidak berkurang.
- Istirahat
Salah satu pemicu berkurangnya ketuban secara drastis adalah karena kelelahan yang berkesinambungan atau dalam jangka waktu lama. Ketika Mom terindikasi mengalami pengurangan air ketuban secara drastis sebaiknya Moms memutuskan untuk beristirahat total agar dapat memulihkan kondisi tubuh dan menjaga agar ketuban dapat bertambah dan normal kembali selama masa pemulihan.
- Konsumsi makanan bernutrisi
Nutrisi yang dikonsumsi Moms selama kehamilan tentu mempengaruhi kualitas ketuban serta ketahanan tubuh. Moms dapat meningkatkan amniotic fluids dengan mengonsumsi makanan khususnya yang mengandung vitamin C ang mencukupi. Hindari makanan yang memiliki kandungan lemak dan gula yang tinggi karena dapat membuat metabolisme janin terganggu setelah dilahirkan kelak.
- Hindari makanan pemicu diare
Penyebab berkurangnya cairan ketuban adalah ketika tubuh terlalu banyak mengeluarkan air salah satunya karena akibat terjadinya diare. Moms sebaiknya menghindari makan makanan yang menjadi penyebab diare seperti makanan pedas makanan yang tidak matang, makanan yang tidak terjaga kebersihannya, minum minuman di pinggir jalan yang tidak dapat dipastikan kebersihannya atau mengandung bahan sintetik yang tidak baik bagi tubuh.
Selain itu sebaiknya Moms menghindari konsumsi kafein dalam jumlah banyak karena dapat mengakibatkan penyerapan cairan terganggu dan membuat air yang dikonsumsi tidak dapat terserap menjadi air ketuban.