Sebelum ada pernikahan, Moms dan Ayah mungkin belum saling mengenal satu sama lain dengan baik, Bahkan di tahun pertama pernikahan pun masih ada penyesuaian dan adaptasi terhadap banyak hal baru, seperti lingkungan, rutinitas, kewajiban, dan banyak hal lain yang berubah semenjak menjalani pernikahan.
Dalam kenyataannya kehidupan pernikahan tidak selalu indah. Menyatukan dua orang dengan karakter dan latar belakang yang berbeda tentu bukan hal yang mudah. Itulah mengapa banyak orang menjadi depresi setelah menikah. Yuk, cari tahu apa saja hal-hal yang dapat membuat depresi setelah menikah dan bagaimana cara penanganan terbaik yang bisa Moms dan Ayah jalankan.
Penyebab Depresi Setelah Menikah
Secara garis besar, berbagai perbedaan dan culture shock bisa menjadi salah satu penyebab pertengkaran maupun timbulnya depresi setelah menikah. Beberapa hal lain yang bisa menjadi penyebab yaitu:
1. Pasangan yang memiliki sifat dominan
Menurut Susan Heitler Ph.D, seorang dokter yang sudah menangani banyak pasangan, interaksi di mana satu pasangan mengambil peran dominan, sedangkan yang lainnya mengambil peran patuh, cenderung memicu depresi pada pasangan yang memiliki kekuatan yang lebih kecil tersebut atau peran korban. Ketidakcocokan atau ketidakmampuan untuk menjadi partner yang baik bagi satu sama lain juga dapat menjadi pemicu setelah menikah.
2. Pertengkaran dalam rumah tangga
Pada pernikahan, ketidakselarasan, ketidakcocokan dan ketidaksesuaian harapan bisa menjadi salah satu penyebab pertengkaran dalam rumah tangga. Menurut sebuah artikel jurnal di Couple & Family Psychology (Maret, 2013), jika pertengkaran ini terjadi sekitar 10 kali atau lebih mungkin dapat memicu daripada orang-orang yang belum menikah atau dalam pernikahan yang kolaboratif.
3. Masalah dalam kehidupan rumah tangga
Setelah menikah mungkin Moms akan mengalami beberapa masalah seperti kehilangan pekerjaan, kemandulan, masalah kesehatan serius dapat mengganggu kebahagiaan dalam pernikahan. Hal ini bisa menggoyahkan mental jika tidak ditangani dengan segera dan dapat berisiko memancing timbulnya depresi.
4. Ketidaksetiaan
Perselingkuhan adalah penyebab ketidakharmonisan dalam rumah tangga yang paling umum. Hal tersebut dianggap sebagai kesalahan dalam pernikahan yang paling fatal yang tidak semua orang bisa mentolerirnya. Pria atau wanita yang tidak setia juga akan membuat pasangannya merasakan sakit hati, kekecewaan, dan kesedihan yang mendalam, hingga tidak jarang berujung pada depresi.
5. Perjalanan komunikasi yang kurang baik
Setelah menikah, sikap dan sifat asli seseorang akan terlihat dengan sendirinya dan mungkin tidak akan terlihat ketika berpacaran dahulu. Hal ini bisa menimbulkan depresi ketika mengetahui bahwa pasangan tidak dapat diajak untuk bekerja sama dan mengkomunikasikan segala masalah untuk mencari jalan keluar terbaik dengan pasangan.
Cara penanganan depresi setelah menikah
Depresi dapat memancing perilaku negatif seseorang dalam kehidupannya, ada yang dapat bersifat abusive, merusak barang-barang, menyakiti diri sendiri bahkan dapat berujung kematian. Depresi dapat mengubah cara seseorang menangani bahkan situasi yang paling biasa sekalipun dan penyakit mental tersebut juga dapat memengaruhi anak-anak, teman-teman dan keluarga besar. Karena itu, depresi yang dialami setelah menikah sebaiknya harus segera ditangani dengan baik.
Cara penanganan depresi atau gejala menuju depresi terbaik adalah mengunjungi profesional kesehatan mental baik psikolog atau psikiater untuk dapat diberikan jalan keluar berupa konsul rutin maupun obat-obatan selama terapi berlangsung. Perawatan kesehatan mental ini tersedia untuk pasangan atau individu yang menghadapi depresi. Konseling pasangan adalah salah satu pilihan terapi yang tersedia.
Ini adalah cara yang baik untuk membicarakan dan menyelesaikan masalah di dalam hubungan. Bila seseorang mengalami depresi berat, terapi individual mungkin juga diperlukan untuk membantu mengidentifikasi pemicu yang mendasarinya.