Memasuki masa menjelang persalinan tentu membuat Moms resah jika memikirkan banyak kemungkinan buruk yang akan terjadi saat persalinan. Terlebih lagi jika Moms tidak memiliki support system yang cukup saat menjelang persalinan hingga pasca persalinan. Berbagai kegelisahan menjelang persalinan dan pasca persalinan bisa menjadi gejala depresi jika berulang dan menimbulkan kebiasaan lain sehingga harus segera ditangani agar tidak berlarut dan berbahaya bagi Moms dan Si Kecil kelak.
Yuk simak mengenai penjelasan depresi dan gejala depresi sebelum dan setelah melahirkan yang perlu segera ditangani berikut ini, Moms.
Apa itu depresi?
Depresi adalah keadaan ketika seseorang merasakan rasa sedih, bersalah, dan bentuk umum depresi lainnya dalam jangka waktu yang lama sebelum maupun setelah melahirkan. Penyebab utama adalah karena masa kelahiran bayi. Kelahiran bayi dapat memberikan dorongan perasaan dan emosi yang kuat, mulai dari kesenangan, kebahagiaan, hingga ketakutan. Lonjakan berbagai macam emosi ini yang berperan dalam terjadinya depresi postpartum.
Moms mungkin sering mendengar mengenai baby blues syndrome setelah melahirkan. Kondisi tersebut biasanya meliputi perubahan suasana hati, tangisan, kecemasan, dan kesulitan tidur setelah melahirkan. Baby blues biasanya dimulai dalam dua hingga tiga hari pertama setelah melahirkan, dan bisa berlangsung hingga dua minggu.
Ada beberapa kasus ibu hamil mengalami bentuk depresi yang lebih parah dan bertahan lama sejak kehamilan hingga setelah melahirkan. Itulah yang dikenal sebagai depresi postpartum atau depresi pasca persalinan. Dalam kondisi yang jarang terjadi, gangguan mood ekstrem yang disebut psikosis postpartum juga dapat berkembang setelah melahirkan.
Penyebab Depresi
Hingga saat ini masih belum dapat dipastikan apa yang menjadi penyebab seseorang terkena depresi. Namun jika menyangkut kehamilan, ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab seperti:
- Perubahan fisik. Saat hamil dan melahirkan, hormon dalam tubuh mengalami perubahan. Hal ini berpengaruh terhadap perubahan bentuk tubuh hingga mempengaruhi mood.
- Permasalahan psikis. Melahirkan bayi yang pertama kali dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan Moms untuk merawatnya.Perasaan seperti ini yang berkepanjangan dapat menyebabkan ibu jatuh dalam keadaan depresi.
- Kurang tidur. Saat Momskurang tidur dan kewalahan, maka mungkin akan kesulitan menangani masalah kecil sekalipun.
- Kepercayaan diri. Saat hamil dan melahirkan Moms mungkin merasa kurang menarik, berjuang dengan identitas, atau merasa bahwa telah kehilangan kendali atas hidup ibu sendiri. Salah satu dari masalah ini dapat berkontribusi pada depresi postpartum.
Faktor risiko terjadinya depresi
Depresi seringkali terjadi pada Moms yang baru saja melahirkan anak pertama namun tidak menutup kemungkinan untuk tidak terjadi pada kelahiran kedua dan seterusnya. Ada beberapa faktor lain yang meningkatkan risiko depresi seperti:
- Riwayat gangguan depresi sebelumnya.
- Riwayat gangguan bipolar.
- Riwayat depresi postpartum pada kehamilan sebelumnya.
- Mengalami kejadian yang berat dalam satu tahun terakhir yang mengganggu emosi dan psikis.
- Bayi memiliki kebutuhan khusus atau keadaan khusus.
- Bayi kembar, atau kehamilan triplet yang membutuhkan perhatian lebih.
- Kesulitan dalam memberikan ASI.
- Memiliki permasalahan dengan pasangan.
- Masalah finansial saat menjelang persalinan.
- Kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan.
Gejala Depresi
Depresi terjadi jika resah dan ketakutan dialami dengan durasi yang lebih lama dan intensitas yang lebih berat, seperti:
- Gangguan perubahan mood.
- Cemas.
- Sedih.
- Sensitif secara emosional terhadap sesuatu.
- Merasa bersalah.
- Menangis berlebihan.
- Penurunan konsentrasi.
- Gangguan makan.
- Gangguan tidur, sulit tidur (insomnia) atau terlalu banyak tidur.
- Menjauh dari keluarga.
- Kesulitan dalam merawat bayi.
Jika Moms mengalami beberapa gejala berikut selama kehamilan maupun setelah melahirkan, Moms sebaiknya segera konsultasikan ke tenaga profesional seperti psikolog dan psikiater untuk dapat ditangani lebih lanjut agar tidak berbahaya bagi Moms dan Si Kecil.