Pernah tidak mendapati anak merasa kesakitan secara tiba-tiba di bagian kakinya padahal ia tidak terjauh atau cedera? Biasanya kondisi ini terjadi di siang atau sore hari dan mengganggu aktivitas tidur si kecil? Jika iya, kemungkinan si kecil sedang melewati fase growing pain. Apakah itu?
Growing pain pada anak adalah sebuah kondisi dimana timbul rasa nyeri atau sakit di bagian tungkai kaki seperti di depan paha, betis, belakang lutut atau tungkai bawah. Fase ini dialami oleh anak-anak sampai usia remaja, umumnya. Karena rasa nyeri ini, anak-anak biasanya sampai mengalami gangguan tidur. Mereka jadi terbangun karena merasakan sakit pada kakinya. Lantas apakah berbahaya?
Terjadi Setidaknya Sekali Seumur Hidup
Dari Cleveland Clinic disebutkan bahwa fase growing pain ini terjadi setidaknya sekali dalam seumur hidup. 10 sampai 35 persen anak mengalaminya dan rata-rata ini muncul ketika anak berusia 2 sampai 12 tahun. Tapi, IDAI menyebutkan kalau fase ini lebih banyak ditemukan di usia prasekolah dan sekolah. Atau usia 3-4 tahun dan 8-12 tahun.
Fase growing pain ini tidak memandang jenis kelamin dan bisa terjadi pada anak laki-laki atau perempuan. Namun yang kerap terjadi adalah anak-anak perempuan biasanya merasakan sakit lebih sering ketimbang anak laki-laki. Alasannya pun tidak diketahui.
Penyebab Growing Pain
Sampai kini, dilansir dari situs resmi IDAI, disebutkan kalau belum ada penyebab khusus mengapa growing pain terjadi. Namun ada dugaan bahwa growing pain pada anak disebabkan oleh aktivitas yang berlebihan sehingga memberikan tekanan pada otot-otot tungkai bawah. Adapun aktivitas yang dimaksud adalah berlari, memanjat dan melompat. Jika ditengok dari usia terjadinya growing pain, aktivitas ini memang yang paling sering dilakukan oleh anak-anak prasekolah dan sekolah ya.
Meski kerap terjadi, tidak ada bukti ilmiah bahwa growing pain bisa mengganggu proses pertumbuhan anak. Fase ini pun juga tidak memiliki kaitan dengan cepat atau tidaknya anak bertumbuh.
Gejala Growing Pain Yang Dapat Dikenali
Sakit dan nyeri karena growing pain tidak terjadi setiap hari. Ini biasanya akan hilang dan muncul, seringnya hilang di pagi hari. Ya, growing pain memang paling kerap ditandai dengan tidur anak yang terganggu karena rasa sakit. Selain itu, gejala paling umum adalah anak merasakan sakit di area tungkai bawah yaitu paha depan, betis dan belakang lutut. Namun ada juga gejala penyerta lain seperti nyeri pada perut dan sakit kepala yang kadang terjadi.
Apakah Growing Pain Perlu Diobati?
Sebagai ibu, Mom pasti tidak tega ya kalau si kecil harus tampak kesakitan. Apalagi sampai aktivitas tidurnya terganggu, ini bisa membuat anak jadi lebih rewel dari biasanya. Meski begitu, tidak ada pengobatan khusus yang ditujukan untuk mengatasi nyeri karena growing pain. Sebab biasanya fase ini akan hilang dengan sendirinya dalam waktu satu atau dua tahun. Pada beberapa kasus, rasa nyeri atau sakit mungkin ada namun tidak sebanyak di awal fase.
Meski begitu tetap ada yang bisa Mom lakukan agar anak merasa nyaman dalam beraktivitas seperti:
- Memberikan pijatan lembut di kaki yang terasa nyeri. Ini bisa dilakukan ketika si kecil mengeluh kesakitan atau saat sebelum tidur
- Mengompres kaki yang nyeri dengan air hangat. Atau Mom juga bisa memandikan si kecil dengan air hangat sebelum tidur.
- Melatih si kecil melakukan relaksasi otot di siang hari sehingga nyeri yang muncul di malam hari bisa berkurang
- Memberikan obat pereda nyeri jika anak dirasa sangat tidak tahan dengan rasa sakitnya. Obat yang dapat diberikan adalah paracetamol dan ibuprofen khusus untuk anak-anak.
Selain itu, Mom juga bisa membawa si kecil ke dokter untuk mendapatkan diagnosa yang lebih pasti. Dokter mungkin juga akan menyarankan jenis obat lain jika growing pain membuat anak sering terbangun saat malam hari.
Fase growing pain ini adalah kondisi yang tidak membahayakan dan bisa diatasi dengan perawatan sederhana di rumah. Meski begitu, Mom tetap harus memantau kondisi jikalau muncul gejala lain yang mengkhawatirkan seperti pembengkakan, demam, berat badan menurun dan lainnya. Jika ini terjadi, lebih baik untuk membawa si kecil ke dokter ya.