Stres tidak hanya dapat dialami oleh orang dewasa. Moms dan Ayah juga harus mengetahui bahwa balita juga rentan mengalami stres. Nah penting bagi Ayah dan Moms untuk menjaga kesehatan mental Si Kecil agar tidak mengganggu tumbuh kembangnya.
Usia emas Si Kecil yaitu sekitar 0-5 tahun merupakan usia dimana sejumlah pertumbuhan fisik, emosional, dan kognitif terjadi. Segala perubahan pada tubuh dan lingkungannya mengakibatkan Si Kecil lebih peka terhadap dunia sekitarnya dan cenderung merasa stres ketika perubahan drastis terasa di lingkungannya.
Berbagai rangsangan yang bertubi-tubi, termasuk rutinitas yang banyak, lingkungan toksik, pengasuhan, pola makan, bahkan perpisahan orang tua turut berkontribusi dalam membentuk stres Si Kecil sejak dini. Moms dan Ayah perlu lebih waspada terhadap perilaku Si Kecil yang janggal dan tidak umum dilakukan pada usia ini.
Gejala stres pada anak memang tidak mudah untuk dikenali. Sebagian anak yang stres bisa saja tidak menunjukkan gejala atau keluhan yang spesifik. Namun, ada beberapa tMoms yang patut dicurigai sebagai gejala stres pada anak. Beberapa tMoms tersebut antara lain anak tiba-tiba susah tidur, kurang nafsu makan, emosi berubah-ubah, sulit berkonsentrasi saat belajar, atau kesulitan mengerjakan tugas sekolah.
Yuk lebih mengenal lagi apa saja penyebab stres pada anak berikut ini untuk dapat lebih waspada, Moms.
Penyebab Stres pada Anak
Berikut adalah beberapa penyebab stres pada anak yang cukup umum terjadi :
- Memiliki aktivitas yang padat
Seringkali Moms atau Ayah menginginkan Si Kecil masuk sekolah lebih dini di usia 3 tahun ke atas, Aktivitas anak di sekolah bisa menyedot sebagian besar tenaganya. Selain itu jika ada tambahan pelajaran seperti les atau kursus setelah sekolah bisa meningkatkan stres Si Kecil. Niat Moms dan Ayah mungkin baik, tapi kesibukan ini bisa membuat Si Kecil tidak memiliki waktu untuk bersantai atau bermain. Hal ini bisa membuatnya kelelahan dan stres.
- Paparan konten dewasa
Seiring kemajuan teknologi, berbagai informasi bisa didapat dengan mudah. Si Kecil bisa terkena paparan informasi yang diperuntukkan bagi orang dewasa seperti perkelahian, pembunuhan, kekerasan atau bahkan pornografi. Hal ini juga bisa didapat Si Kecil ketika orang tua mengajaknya menonton bioskop yang tidak sesuai usianya. Paparan konten dewasa ini bisa berisiko membuat anak merasa tertekan. Oleh karena itu, para orang tua dianjurkan untuk lebih selektif dalam memilah konten informasi dan hiburan yang diperoleh anak. Selain itu, usahakan untuk selalu mendampingi dan memberikan pemahaman kepada anak mengenai konten yang ditontonnya.
- Kurang waktu istirahat
Anak diharuskan memiliki waktu istirahat yang cukup. Hal ini bisa berdampak terhadap mood, perilaku, kemampuan menilai, serta daya ingat anak.Ketika istirahat, jauhkan anak dari gadget atau televisi. Waktu tidur yang direkomendasikan bagi usia balita adalah 10-11 jam setiap hari. Pastikan kebutuhan tidur siangnya juga tercukupi agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi perilakunya sehari-hari.
4. Intimidasi
Intimidasi atau bullying yang menimpa anak, baik secara fisik, verbal, atau emosional, juga berisiko membuatnya merasa tertekan. Jika mendapati tMoms-tMoms bullying pada anak, seperti enggan ke sekolah tanpa alasan yang jelas, tidak ingin bertemu orang lain, tidak memiliki teman, lebih senang menyendiri dan berbicara sendiri serta sering menangis tanpa sebab sebaiknya Mom dan Ayah menindaklanjuti sumber masalahnya.
Perlu diketahui bahwa bullying bukan hanya terdapat di lingkungan sekolah maupun pergaulan Si Kecil, bullying juga bisa didapat dari lingkungan keluarga seperti sebutan fisik Si Kecil, pertengkaran dalam rumah tangga, ketidakseimbangan perhatian orang tua pada anak-anak, dan banyak hal lain.
5. Penyakit tertentu
Sama halnya ketika melihat atau mengetahui orang tuanya menderita penyakit serius, anak juga bisa mengalami stres ketika mengetahui bahwa dirinya terkena penyakit. Beberapa contoh penyakit yang mungkin bisa membuat anak stres antara lain adalah diabetes, obesitas, asma, dan kanker atau leukemia. Saat Si Kecil mengalami penyakit tersebut, Si Kecil dapat merasa terasing dari pergaulannya karena pengobatan yang dijalaninya.
6. Perceraian Orang Tua
Saat orang tua bercerai, Si Kecil dapat merasakan perubahan besar dalam hidupnya. Hal ini bisa menimbulkan mental Si Kecil kaget dan sedih berkepanjangan saat tidak bisa melihat kedua orang tuanya bersama-sama dalam satu rumah.
Moms dan Ayah perlu memahami berbagai sumber stres tersebut untuk dapat menentukan jalan keluar terbaik bagi Si Kecil. Pendampingan mental sejak dini dapat mengurangi risiko stres Si Kecil agar tidak berubah menjadi depresi berkelanjutan yang mengganggu tumbuh kembangnya kelak.