Sistem kekebalan tubuh atau yang disebut juga dengan imunitas pada anak sangat rentan terpengaruh oleh kondisi lingkungan sekitar. Sejak lahir, anak sudah terpapar bakteri dan virus di sekelilingnya. Salah satu penyakit yang menganggu sistem imun anak yaitu imunodefisiensi. Imunodefisiensi pada anak ini merupakan infeksi akut yang dapat terjadi secara berulang.
Biasanya, anak yang menderita imunodefisiensi mengalaminya sejak lahir. Penyakit imunodefisiensi pada anak dipengaruhi oleh faktor genetik atau bawaan dalam tubuh. Tak jarang, imunodefisiensi pada anak bahkan baru terasa dan terlihat gejalanya ketika sudah dewasa.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada dua jenis imunodefisiensi pada anak, yaitu imunodefisiensi primer dan imunodefisiensi sekunder. Setidaknya diperkirakan ada 6 juta orang yang menderita imunodefisiensi, namun baru sedikit yang teridentifikasi. Hal ini karena sulitnya mendeteksi apabila seorang anak mengidap imunodefisiensi.
Berikut ini gejala imunodefisiensi pada anak yang perlu Moms simak.
Gejala Imunodefisiensi Pada Anak
Anak yang mengalami gejala imunodefisiensi biasanya tidak langsung merasakan adanya sesuatu yang mengganggu. Penyakit imunodefisiensi pada anak bisa terdiagnosis ketika anak sudah menginjak remaja atau bahkan dewasa. Gangguan kesehatan ini sepenuhnya berasal dari riwayat keluarga atau faktor genetik.
Beberapa gejala yang sering terjadi pada anak yang mengalami imunodefisiensi antara lain sering mengalami infeksi pada beberapa bagian organ tubuh, seperti infeksi mata, infeksi kulit, telinga, sinus, dan infeksi pada paru-paru.
Anak yang mengalami imunodefisiensi juga biasanya sering mengalami sariawan, karena sistem imunnya tidak kuat melawan bakteri di mulut. Selain itu, gejala imunodefisiensi pada anak lainnya adalah berat badan anak yang tidak stabil, cenderung mudah bertambah atau menurun. Terlebih jika nutrisi makanan yang dikonsumsi sudah baik, tetapi berat badan belum kunjung stabil.
Gejala lainnya dari imunodefisiensi pada anak yaitu masalah pada sistem pencernaan, seperti mual, diare, hilang nafsu makan, dan kram perut. Gejala ini sesungguhnya bisa saja bukan masalah serius, namun jika terjadi berulang-ulang dan tak kunjung sembuh maka bisa jadi gejala imunodefisiensi.
Cara Mengatasi Imunodefisiensi Pada Anak
Gangguan imunodefisiensi pada anak terjadi karena kondisi peradangan atau autoimun. Penyebabnya karena jumlah sel darah putih tidak bekerja dengan semestinya. Penyakit ini tidak menular ya, Moms, sepenuhnya ada dalam sistem tubuh anak.
Nah, untuk bisa mengatasi imunodefisiensi pada anak, terlebih dahulu harus mendapat diagnosis yang tepat. Caranya dengan memeriksakan ke dokter spesialis imunologi anak untuk mendapat tes riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
Biasanya, anak yang mengalami imunodefisiensi akan mendapatkan beberapa penanganan medis untuk mengatasi gejala yang diderita, di antaranya:
Transplantasi Sumsum Tulang Belakang
Anak yang mengidap imunodefisiensi bisa menjalani transplantasi sumsum tulang belakang untuk membantu produksi sel darah putih normal kembali. Selain itu, ada sejumlah transplantasi lain yang disarankan dokter sesuai kondisi anak, seperti transplantasi sel hematopoietik, transplantasi timus, dan mengganti enzim dalam tubuh anak.
Terapi Imun
Imunodefisiensi pada anak juga dapat diatasi dengan terapi imun, agar tubuh dapat menghasilkan zat antibodi yang memadai. Terapi ini dilakukan dengan mengganti imunoglobulin dalam darah yang diberikan melalui infus.
Antibotik
Antibiotik dapat mengobati penyakit imunodefisiensi anak dengan cara membunuh bakteri yang menimbulkan infeksi dalam tubuh. Namun demikian, biasanya pengobatan ini hanya bersifat sementara, karena tidak mengatasi akar masalah imunodefisiensi pada anak tersebut.
Penyakit imunodefisiensi yang dialami anak perlu dideteksi sejak dini ya Moms, agar tidak mengganggu kesehatannya.