Menjadi anak sulung bukanlah pilihan yang bisa dipilih oleh anak. Sebagai anak sulung, Si Kecil juga berhak mendapatkan perhatian dan perlakuan yang sama dengan adik-adiknya. Ketika Si Kecil selalu dijadikan alasan karena ia anak sulung dan harus selalu mengalah tentu hal ini dapat menyebabkan dampak psikologis yang mempengaruhi sikap dan sifatnya di kemudian hari.
Seringkali orangtua mengajarkan kakak atau anak tertua untuk dapat selalu mengalah pada adik atau anggota termuda dalam keluarga. Beberapa situasi memang menganjurkan untuk mengajarkan Si Kecil mengalah agar ia sadar untuk dapat berbagi dengan orang lain. Namun bukan berarti seorang kakak harus selalu mengalah dan tidak memiliki hak untuk menolak saat berkomunikasi dengan adik-adiknya.
Mengapa tidak semua konsep mengalah harus dilakukan anak yang lebih tua? Yuk simak bersama penjelasannya di artikel Momong ini, Moms.
Dampak psikologis sikap selalu harus mengalah
Pada awal kelahirannya, anak pertama selalu mendapatkan kasih sayang yang besar hingga timbul saat dia harus beragi kebahagiaan bersama adiknya kelak. Sejak kecil pun seringkali Sang Kakak diharuskan mengerti perubahan yang terjadi dan memaklumi jika ia bukan lagi individu yang mendapatkan perhatian penuh dari orang tua.
Perbedaan ini tentu tidak dapat diterima Si Kecil khususnya ketika ia berusia masih terlalu muda atau mungkin masih berusia balita. Perbedaan ini justru bisa menimbulkan rasa iri dan kebencian serta trauma yang akan membekas pada hatinya dan berdampak pada sikapnya di kemudian hari.
Seringkali cara mengalah Si Kecil pada adiknya adalah hal yang dipaksakan dan tidak ada toleransi di dalamnya. Apabila terus dibiarkan, bukan tidak mungkin dapat muncul rasa cemburu dan kesal dari kakak terhadap adiknya. Dampak psikologis yang dapat dialami Si Kecil di kemudian hari diantaranya adalah:
- Timbulnya sikap egois
Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, semakin sering disuruh mengalah, apalagi dengan cara dipaksa, semakin ia tumbuh menjadi pribadi yang egois. Seorang anak juga cenderung tidak mau mengalah ketika ia semakin besar. Pemaksaan tersebut dapat membuat hatinya terluka karena menganggap orang lain bahkan orang tuanya tidak memihaknya serta menganggap orang lain tidak menyayanginya.
- Muncul rasa benci pada adik
Ketika dipaksa mengalah, Si Kecil justru bisa merasa iri serta benci pada adiknya. Hal ini seringkali menimbulkan sifat agresif yang dapat bersifat destruktif atau menyakiti dan berbahaya bagi keselamatan sang adik. Selain itu, hal ini dapat membentuk hubungan yang tidak baik antar kayak beradik di masa depan.
- Merasa tidak dihargai
Si Kecil yang selalu diminta mengalah akan menganggap dirinya tidak disayang, tidak diperhatikan, bahkan tidak dianggap sebagai anak oleh orang tua. Selain itu sang Kakak akan memandang adiknya sebagai musuh karena selalu diperbandingkan.
Bagaimana konsep mengalah yang benar?
Sebenarnya wajar kayak dan adik memiliki emosi dan perasaan tidak ingin mengalah satu sama lain. Hal ini dikarenakan mereka masih dalam tahap perkembangan dalam pembentukan ego masing-masing. Mengalah juga merupakan suatu hal yang wajib diajarkan oleh orangtua kepada anak-anaknya. Namun perilaku mengalah tidak boleh hanya diajarkan pada kakak, tetapi harus seimbang diterapkan kepada adiknya.
Perlu diingat Moms bahwa seorang kakak juga berhak untuk tidak mengalah atau mempertahankan haknya. Terlebih jika berkaitan dengan kepemilikan sesuatu apalagi benda favoritnya. Si Kecil berhak untuk tidak memberikan sesuatu pada orang lain termasuk adiknya jika ia tidak ingin berbagi.
Orangtua juga perlu menyadari bahwa tidak semua anak siap untuk berbagi. Moms harus dapat mengamati perilaku anak dan menyesuaikan dengan umurnya masing-masing. Jika anak sudah mengerti konsep berbagi, maka ia mulai dapat diajarkan untuk mengalah kepada saudaranya. Tak hanya itu, ajarkan anak untuk memiliki argumen mengenai alasannya tidak mau mengalah. Tujuannya agar anak merasa dihargai ketika mempertahankan haknya.