Banyak Moms yang memiliki mimpi memiliki keluarga dengan hamil dan memiliki anak. Tidak terkecuali pada pasangan yang mengidap HIV/AIDS. Mungkin bagi banyak orang, penyakit ini tabu untuk diperbincangkan namun ternyata HIV/AIDS juga bisa menular pada siapapun tanpa adanya kegiatan seksual.
Saat ini banyak kemajuan pada penelitian kesehatan dan pengobatan HIV yang memungkinkan pasangan dengan penyakit ini dapat merencanakan kehamilan tanpa takut menularkan virus ini pada bayi. Pada saat yang sama, obat HIV (terapi antiretroviral) dapat memastikan bahwa HIV tidak menular di antara pasangan yang mencoba untuk hamil, Karenanya, merencanakan kehamilan sehat untuk pengidap HIV/AIDS sangatlah memungkinkan. Namun, tentu memerlukan pemeriksaan kondisi kesehatan dan minum obat secara teratur.
Jika Moms dan Ayah mengidap HIV namun ingin merencanakan kehamilan, simak informasi berikut untuk dapat merencanakan kehamilan sehat bagi Si Kecil kelak yuk!
Persiapan kehamilan
Bagi pengidap HIV/AIDS, memiliki anak merupakan hal besar yang memerlukan pertimbangan matang dan persiapan yang cukup ekstra. Hal ini tentu saja dikarenakan adanya kekhawatiran mengenai virus yang ada dan takut untuk diturunkan pada Si Kecil kelak.
Jika Moms berencana untuk memiliki anak, segeralah meminta sara dari profesional untuk mencari tahu informasi yang tepat ketika memutuskan untuk memiliki anak.Moms akan terbantu secara mental jika berkonsultasi pada doktor yang menangani penyakit HIV/AIDS.
Selain itu, dengan memberitahukan dokter maupun dokter kandungan sangat penting dalam perencanaan kehamilan sejak dini sehingga Moms bisa mempertimbangkan kembali mengenai keinginan untuk memiliki anak. Selain itu Moms juga dapat mengetahui perawatan apa saja yang dibutuhkan selama perencanaan kehamilan serta risiko yang dapat terjadi jika terjadi kehamilan hingga persalinan kelak.
Perawatan untuk mengurangi penularan HIV
Bagi pasangan yang memiliki HIV menggunakan pengobatan antiretroviral (ART) dan secara konsisten memiliki tingkat virus yang sangat rendah (viral load tidak terdeteksi), mereka mungkin tidak dapat menularkan virus pada janin dan pasangan seksual. Selain itu, obat pre-exposure prophylaxis (PrEP) dan post-exposure prophylaxis (PEP) juga bisa digunakan oleh orang HIV-negatif yang berisiko tertular HIV.
Selama pasangan HIV-positif mempertahankan viral load tidak terdeteksi yang stabil dan minum obat secara teratur, penularan HIV ke pasangan negatif tidak mungkin terjadi. Hal ini juga bisa menyebabkan Si Kecil tidak tertular virus HIV selama di dalam kandungan.
Persiapan jika pasangan menderita HIV
Jika pasangan pengidap HIV merencanakan kehamilan, maka pilihan terbaik adalah melakukan inseminasi buatan atau bayi tabung. Moms bisa berkonsultasi pada dokter mengenai kapan waktu yang teat untuk dapat memiliki peluan hamil dengan menentukan waktu paling subur dalam siklus menstruasi.
Jika hanya Ayah yang merupakan pengidap HIV, sebaiknya lakukan prosedur pencucian sperma untuk merencanakan kehamilan. Prosedur ini bermanfaat untuk memisahkan sel sperma dari cairan mani yang dapat membawa virus. Sperma yang sudah dipisahkan dapat digunakan untuk membuahi sel telur Moms dengan menggunakan kateter khusus yang dimasukkan ke dalam rahim. Jika pasangan pria menggunakan pengobatan yang efektif dan memiliki viral load tidak terdeteksi yang stabil, tidak ada risiko penularan HIV. Fertilisasi in-vitro (IVF) juga bisa menjadi pilihan.
Jika kedua pasangan memiliki virus HIV dalam tubuhnya, bisa saja merencanakan kehamilan sehat dan memiliki anak dengan HIV-negatif. Kedua pasangan harus berkonsultasi pada dokter dan menjalani pengobatan intensif selama perencanaan kehamilan hingga melahirkan kelak. Jika pasangan menjalani pengobatan maka risiko menularkan HIV ke bayi hampir tidak ada. Oleh karena itu, terus pastikan pengobatan berjalan dan konsultasikan kesehatan Moms dan Ayah pada dokter untuk selalu menjaga kesehatan Moms dan Ayah selama masa kehamilan.