Risiko Memukul Anak dan Dampak Psikologisnya

Sebagian orang tua saat ini masih menerapkan cara memukul atau memarahi anak adalah hal terbaik untuk mengajarkan disiplin dan mengatasi keberanian anak. Terlebih adalah ketika Si Kecil tidak menuruti perintah atau perkataan Moms dan Ayah. Hal ini tentu akan menyebabkan luka psikologis pada Si Kecil walaupun setelah memukul Moms atau Ayah meminta maaf. Hal ini dapat mempengaruhi mental Si Kecil hingga ia dewasa kelak jika pemukulan berlangsung sering dan rutin. 

Risiko memukul anak

Ketika Moms atau Ayah memukul Si Kecil karena melakukan kesalahan, tentu ada risiko yang dapat terjadi baik bagi Si kecil maupun bagi Moms dan Ayah. beberapa risiko yang dapat terjadi yaitu:

  • Luka fisik pada anak. Luka ini bisa berupa luka ringan seperti tergores, terjambak, lebam atau kulit yang terkelupas. Sedangkan luka berat bisa berupa pendarahan organ dalam, patah tulang, retak tulang, sendi bergeser, syaraf terjepit dan lain sebagainya yang bisa terjadi akibat pemukulan dengan tenaga yang cukup besar atau menggunakan alat.
  • Ketidakpercayaan dan ketidaknyamanan anak dengan orang tua. Pemukulan tentu akan menjadi ingatan buruk bagi Si Kecil khususnya ketika sering dilakukan. Hal ini menyebabkan Si Kecil takut pada Moms dan Ayah serta tidak nyaman saat akan menceritakan satu dan lain hal dalam kehidupannya.
  • Kematian. Jika Moms dan Ayah memukul Si Kecil dengan tenaga penuh atau menggunakan benda tertentu berkali-kali tentu dapat membahayakan keselamatan Si Kecil. Walau tidak terlihat dari luar, bisa saja Si Kecil mengalami pendarahan bagian dalam yang dapat merenggut nyawanya.
  • Merupakan tindakan pidana yang bisa diperkarakan. Menurut Pasal 76C UU 35 Tahun 2014 yang berbunyi: “Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan terhadap anak.” dan Pasal 80 UU 35 Tahun 2014 yang berbunyi:

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp72 juta.

 Menyatakan bahwa setiap orang yang menganiaya anak-anak dapat dijerat hukuman penjara serta denda cukup tinggi. 

Selain risiko di atas, dampak pemukulan bagi anak juga mempengaruhi psikologisnya. Beberapa dampak psikologis yang dapat ditimbulkan yaitu:

1. Anak tidak bisa mengendalikan dirinya

Si Kecil akan sulit untuk dapat bergerak bebas karena ketakutan yang berselimut dalam pikirannya setiap ia akan melakukan sesuatu. Dampak pemukulan akan menjadikan Si Kecil tidak memiliki kendali atas tubuhnya sendiri tanpa persetujuannya. Hal ini tentu menjadi sesuatu yang penting, karena bisa saja Si Kecil akan merasakan bahwa dirinya adalah benda mati yang pantas diperlakukan buruk dan tidak layak diperjuangkan. 

2. Mengalami trauma

Dalam istilah medis, trauma yang disebabkan oleh penganiayaan anak dalam rumah tangga disebut dengan post-traumatic stress disorder (PTSD). PTSD ini akan diperlihatkan dengan timbulnya gejala seperti: susah tidur, emosi yang meledak-ledak, tidak bisa konsentrasi, daya ingat menurun, mudah terkejut, sering melamun, selalu curiga dan ketakutan, tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain.:

3. Si Kecil akan terlihat lebih agresif

Cara memarahi dan memukul anak akan berdampak pada masalah perilaku mereka untuk jangka panjang.Dilansir dari studi yang dikutip Healthy Children, hukuman fisik dan verbal yang diberikan para orang tua, akan membentuk anak memiliki perilaku agresif saat dewasa. Ia akan meniru perilaku orang tuanya dan disalurkan pada orang lain dengan cara yang sama atau justru lebih buruk karena memiliki rasa dendam diperlakukan tidak baik.

4. Mengubah perkembangan otak

Manusia pada umumnya memproses informasi dan peristiwa negatif lebih cepat dan menyeluruh daripada yang baik. Ketika Si Kecil lebih sering menerima perlakuan negatif tentu otaknya akan seara otomatis merekamnya dan dapat menjadi memori yang berulangkali diingat ketika ia melakukan sesuatu. Hal ini dapat membuat Si Kecil terbelakang untuk memproses suara dan bahasa.

5. Sulit konsentrasi

Penurunan kinerja otak sangat signifikan terlihat pada anak yang dibesarkan dengan cara memukul. Karenanya, Si Kecil akan sulit memahami pelajaran dan sulit berkonsentrasi. Si Kecil juga akan lebih sulit mengembangkan minat dan bakatnya karena khawatir dan takut berbuat kesalahan yang bisa berakibat dirinya dipukuli kembali. 

6. Tidak percaya diri

Sering memukul anak akan menimbulkan rasa sakit secara fisik, walau mungkin akan segera sembuh.Namuni rasa sakit secara emosional akan tetap ada sampai akhir hayatnya. Dengan perlakuan buruk dalam keluarga, Si Kecil akan merasa rendah diri dan merasa tidak berguna karena setiap yang dilakukannya selalu salah dan mendapat perlakuan berupa pemukulan.

7. Depresi dan bunuh diri

Saat ini tidak sedikit anak usia di bawah 10 tahun yang bunuh diri akibat perlakuan kasar kedua orang tuanya. Selain itu mereka dapat mengalami depresi dalam jangka waktu panjang jika tidak ditangani dengan baik. Depresi ini tentu akan berakibat pada kondisi mental Si Kecil secara keseluruhan dan kepribadiannya kelak. Jika tidak segera ditangani, akan muncul penyakit mental lain yang bisa berakibat buruh bagi anak dan masa depannya kelak.

Jika Si kecil melakukan kesalahan atau tidak menuruti apa yang Moms inginkan, hindari pemukulan ya Moms. Cobalah untuk lebih sabar dan mendengarkan ceritanya untuk lebih mengetahui apa yang bisa Moms lakukan untuk mengurangi kebiasaan buruk Si Kecil dan mengatasi masalahnya sehari-hari.

Must Read

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here