Saat baru lahir, penglihatan bayi tentu tidak langsung sempurna seperti orang dewasa. Dibutuhkan waktu dan stimulasi yang tepat agar penglihatan bayi berkembang dengan baik dan optimal. Nah dalam perjalanannya, Mom mungkin akan melihat bola mata bayi bergerak kesana kemari. Jika ini terjadi secara berlebihan, Mom mesti memperhatikan apakah ini termasuk nistagmus atau bukan.
Nistagmus adalah sebuah kondisi dimana seseorang tidak dapat mengendalikan gerak bola matanya. Biasanya bola mata akan bergerak cepat dan seperti tidak terkendali. Kondisi ini sayangnya bisa terjadi pada anak, bahkan bayi yang baru lahir. Karena itu penting untuk Mom tahu lebih dalam mengenai nistagmus.
Gejala Nistagmus
Gejala paling umum dari penyakit ini adalah gerakan bola mata yang cepat dan tidak terkendali. Jika biasanya mata bergerak dari sisi ke sisi, atas ke bawah atau berputar. Nah pada pengidap nistagmus, gerakan tersebut terjadi dengan lebih cepat dan bisa terjadi di kedua mata atau salah satu saja. Ada juga gejala lain seperti :
- Memiliki keluhan pusing
- Terasa seperti vertigo
- Penglihatan terganggu
- Sulit menyeimbangkan diri
- Sensitif terhadap cahaya
- Merasakan getaran di tempat yang diinjak
- Kesulitan melihat saat gelap
- Kesadaran menurun
Pada anak atau bayi, beberapa gejala ini mungkin sulit dikenali terlebih jika si kecil belum dapat mengkomunikasikan keluhannya. Oleh karena itu, Mom bisa memperhatikan beberapa gejala yang mudah tampak dari luar terlebih dahulu.
Penyebab Nistagmus
Pada bayi, nistagmus bisa terjadi karena faktor keturunan. Meski bisa juga terjadi karena adanya gangguan kesehatan lainnya seperti gangguan pada bagian otak atau telinga dalam yang berperan untuk mengatur pergerakan mata. Karena faktor penyebabnya, nistagmus bisa dibedakan menjadi dua yaitu:
1.Infantile Nystagmus Syndrome
Ini adalah nistagmus yang terjadi karena faktor keturunan. Biasanya bersifat ringan dan tidak berpeluang berkembang makin parah. Biasanya penyakit ini terjadi ketika bayi berusia 6 minggu sampai 3 bulan. Dan karena ringan, orang tua biasanya sering tidak sadar loh. Meski begitu, ada juga kasus dimana INS terjadi karena albinisme, saraf optik yang berkembang tidak sempurna dan tidak adanya iris pada mata.
2.Acquired Nystagmus
Nistagmus yang ini terjadi karena adanya gangguan pada telinga bagian dalam atau labirin. Seseorang dewasa lebih beresiko terkena penyakit ini jika memiliki kebiasaan seperti konsumsi alkohol berlebihan, memiliki penyakit telinga, penyakit mata, kelainan pada otak, kekurangan asupan vitamin B12, mengalami cedera kepala, stroke dan terkena efek obat tertentu.
Waktu Tepat Untuk Pemeriksaan
Jika nistagmus yang dialami merupakan faktor keturunan maka ini tidak termasuk kondisi medis yang serius. Namun jika ini disebabkan oleh faktor-faktor yang disebutkan pada poin acquired nystagmus, maka sebaiknya jalani pemeriksaan. Atau segera bawa ke rumah sakit jika kamu menemukan seseorang yang mengalami kondisi sebagai berikut:
- Memiliki ukuran pupil yang tidak normal
- Pupil tidak bereaksi pada cahaya
- Bicaranya cadel atau kacau
- Kemampuan bicara menghilang
- Sakit kepala parah
- Mendadak lemah dan tidak bertenaga
- Linglung
- Kesadaran menghilang
Jika muncul pertanda ini, bisa jadi salah satu kondisi medis yang terjadi adalah nistagmus. Jadi, jangan ragu untuk panggil ambulans ya.
Bisakah Nistagmus Diobati?
Karena terdapat dua jenis nistagmus, maka pengobatannya pun bergantung pada jenis tersebut pula. Untuk INS atau Infantile Nystagmus Syndrome pada dasarnya tidak bisa diobati. Tindakan yang bisa dilakukan untuk pengidapnya adalah penggunaan kacamata atau contact lens. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan penglihatan. Jika tergolong parah, dokter mungkin akan menyarankan prosedur tenotomy dimana posisi otot akan diubah. Ini adalah tindakan yang berfungsi untuk mengurangi tingkat gangguan penglihatan yang dialami.
Sedangkan untuk Acquired Nystagmus, tindakan pengobatan akan disesuaikan dengan penyebab dari nistagmus yang dialami. Adapun beberapa cara yang dilakukan untuk pengidap Acquired Nystagmus yaitu:
- Mengganti obat yang dikonsumsi
- Melengkapi asupan vitamin
- Obat tetes mata diberikan jika ada infeksi
- Mengonsumsi antibiotik yang diresepkan
- Memakai kacamata khusus
- Menjalani operasi otak jika penyebabnya adalah gangguan sistem saraf pusat
- Mengonsumsi obat anti kejang dan pelemas otot
- Mendapatkan suntik botox yang bertujuan untuk mengendurkan otot mata