Saat hamil, ada banyak hal yang perlu diperhatikan, khususnya terkait dengan kondisi kesehatan dan penyakit apa saja yang berisiko terhadap janin. Salah satunya penyakit plasenta previa. Plasenta previa termasuk salah satu gangguan pada rahim selama kehamilan yang sering terjadi.
Apa itu plasenta previa? Plasenta previa merupakan kondisi saat plasenta atau struktur rahim menutupi leher rahim. Plasenta previa dapat menyebabkan lepasnya plasenta dari dinding rahim, khususnya mendekati waktu kelahiran.
Pada plasenta normal, posisinya akan berada di bagian bawah rahim pada masa awal kehamilan. Nantinya, seiring pertambahan usia kehamilan dan perkembangan janin, plasenta akan bergerak ke atas. Namun, pada kondisi plasenta previa, posisi plasenta akan tetap di bawah rahim.
Ada gejala, penyebab, faktor risiko serta cara mencegah plasenta previa yang akan diulas lebih lanjut. Yuk Moms kita simak bersama:
Gejala-gejala plasenta previa
Seperti halnya penyakit pada umumnya, ada gejala-gejala yang timbul menandakan plasenta previa. Biasanya, plasenta previa ditandai dengan perdarahan yang tidak disertai rasa nyeri saat kehamilan memasuki trimester kedua atau ketiga. Perdarahan ini bisa banyak maupun sedikit, dan kerap dianggap sebagai menstruasi saat hamil.
Selain itu, gejala lainnya dari plasenta previa adalah kontraksi dini atau rasa kram dan nyeri pada perut. Posisi bayi yang sungsang dan ukuran rahim yang lebih besar dari usia kehamilan juga jadi gejala-gejala plasenta previa.
Penyebab dan faktor-faktor risiko plasenta previa
Penyebab plasenta previa memang belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan plasenta previa. Beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan plasenta previa di antaranya adanya riwayat plasenta previa sebelumnya, mengandung bayi kembar, posisi janin yang tidak normal, dan usia ibu lebih dari 34 tahun.
Bukan kehamilan pertama dan kondisi rahim yang memiliki jaringan parut akibat operasi juga bisa menjadi faktor risiko. Khususnya bagi Moms yang pernah menjalani dilatasi kuretase dan operasi seksio cesarean, operasi pengangkatan miom, dan sebagainya.
Beberapa faktor risiko penyebab plasenta previa juga bisa ditimbulkan akibat gaya hidup yang kurang sehat, seperti kebiasaan merokok dan penggunaan obat terlarang. Karenanya, Moms perlu menghindari gaya hidup yang tidak sehat untuk mencegah risiko terkena plasenta previa.
Cara mengobati plasenta previa
Apabila Moms mengalami gejala-gejala atau faktor risiko seperti disebutkan di atas, ada baiknya langsung memeriksakan diri ke dokter kandungan. Hal ini agar dapat dilakukan tindakan untuk mencegah terjadinya perdarahan. Jika Moms mengalami perdarahan ringan yang menandai gejala plasenta previa, dokter akan menyarankan perawatan di rumah seperti banyak berbaring, menghindari hubungan intim dan menghindari berolahraga.
Namun, jika Moms mengalami perdarahan hebat, dokter akan menyarankan agar bayi dalam kandungan dilahirkan secepatnya dengan prosedur operasi caesar. Dokter juga akan memberikan tindakan medis lanjutan jika terjadi komplikasi plasenta previa berupa penggumpalan darah dan asfiksia janin, yaitu kondisi ketika bayi tidak mendapat oksigen yang cukup.
Cara mencegah plasenta previa
Plasenta previa dapat dicegah dengan rutin kontrol ke dokter kandungan, serta menghindari kebiasaan yang kurang sehat seperti merokok, minum minuman beralkohol dan narkotika. Moms harus tetap waspada terhadap plasenta previa, khususnya bagi yang memiliki faktor risiko. Usahakan juga untuk mengelola stres dengan baik ya, agar janin tetap sehat dan risiko penyakit dapat dicegah.