Pengapuran placenta atau pengapuran ari-ari riskan terjadi pada ibu hamil. Pengapuran placenta biasanya dialami saat usia kehamilan memasuki trimester akhir, atau ketika masa kehamilan melewati Hari Perkiraan Lahir (HPL).
Plasenta sangat penting selama masa kehamilan, karena berfungsi untuk melindungi janin dalam kandungan serta memberikan asupan nutrisi untuk janin. Jika terjadi gangguan pada plasenta, maka pertumbuhan janin juga bisa terhambat.
Kondisi pengapuran placenta tidak boleh disepelekan, karena bisa jadi menandakan kandungan yang sedang bermasalah. Pengapuran placenta ini terjadi ketika jaringan placenta mengeras karena ada penumpukan kalsium dalam ari-ari. Sebenarnya, kondisi ini normal sebagai bagian dari proses penuaan ari-ari menjelang persalinan.
Namun, harus tetap waspada ya Moms karena rentan terjadi komplikasi pengapuran placenta. Lalu, apa saja sih hal-hal yang menyebabkan pengapuran placenta? Berikut pembahasannya.
Faktor Pengapuran Placenta
Ada beberapa faktor pengapuran placenta yang bisa terjadi selama masa kehamilan Moms. Biasanya, pengapuran placenta dibagi menjadi beberapa tingkatan, di antaranya:
– Tingkat 0 (sebelum usia kehamilan 18 minggu).
– Tingkat 1 (ketika usia kehamilan 18-29 minggu).
– Tingkat 2 (ketika usia kehamilan 30-38 minggu).
– Tingkat 3 (ketika usia kehamilan mencapai 39 minggu ke atas).
Pengapuran placenta hanya bisa dilihat melalui USG ya Moms, karenanya penting untuk melakukan pemeriksaan USG rutin.
Beberapa faktor penyebab pengapuran placenta yang biasanya terjadi:
– Faktor stres atau tekanan darah tinggi selama masa kehamilan.
– Adanya infeksi bakteri yang terdapat pada plasenta.
– Pengapuran placenta akibat gaya hidup tidak sehat seperti kebiasaan merokok.
– Ari-ari yang lepas dari dinding rahim, disebu solusio plasenta.
– Pengapuran placenta karena terkontaminasi racun atau terpapar radiasi.
– Efek samping obat-obatan atau suplemen tertentu, misalnya suplemen kalsium yang dikonsumsi dalam jangka waktu lama atau dosis yang terlalu tinggi.
Faktor penyebab pengapuran placenta akan berbeda pada setiap orang ya Moms, tergantung kondisi tubuh dan gaya hidup yang diterapkan. Efeknya juga akan berbeda-beda.
Kenali Risiko Pengapuran Placenta yang Bisa Terjadi
Pengapuran placenta bisa terjadi di luar usia kehamilan. Misalnya saja, tingkat pengapuran yang sudah lanjut saat usia kehamilan masih muda, bisa jadi menandakan adanya masalah dalam kandungan.
Berikut ini beberapa risiko pengapuran placenta yang bisa terjadi berdasarkan usia kehamilan:
Usia Kehamilan 28-36 Minggu
Di fase ini, pengapuran placenta dapat menyebabkan beberapa risiko yang fatal, seperti kelahiran bayi prematur, plasenta yang terlepas dari dinding rahim, hingga risiko kematian pada janin dalam kandungan.
Usia Kehamilan 36 Minggu
Pengapuran placenta di usia kandungan 36 minggu bisa meningkatkan risiko hipertensi dan bayi yang lahir dengan berat badan di bawah normal.
Usia Kehamilan 37-42 Minggu
Pengapuran placenta di fase kehamilan ini tercatat yang paling normal dan tidak membahayakan. Sebanyak 20-40% kehamilan normal bisa mengalami pengapuran placenta di fase ini ya Moms.
Untuk dapat mencegah pengapuran placenta, Moms perlu untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan. Tujuannya untuk memantau kondisi plasenta, termasuk jika terjadi tingkat pengapuran placenta. Sebisa mungkin terapkan gaya hidup sehat ya Moms, dan hindari asap rokok agar janin tetap sehat dan terhindar dari risiko komplikasi pengapuran placenta.